PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA SERBUK HASIL SAMPING PROSES CRUSHING MELALUI PROSES KARBONISASI

David Candra Birawidha, Kusno Isnugroho, Slamet Sumardi
UPT. Balai Pengolahan Mineral Lampung, LIPI
Jl. Ir Sutami Km 15 Tanjung Bintang, Lampung Selatan
cb_r500@yahoo.com, kojay_99@yahoo.com

INTISARI
Dewasa ini penggunaan batubara semakin meluas untuk sektor industri, tidak hanya kelas besar melainkan juga telah merambah hingga sektor home industri, seiring dengan kenaikan nilai ekonomis bahan bakar minyak. Dulu masyarakat industri sangat tergantung dengan bahan bakar minyak karena pemerintah masih mampu memberikan subsidi yang besar di sektor ini, tetapi seiring terjadinya krisis ekonomi global, pemerintah mulai terbebani dan salah satu alternatifnya mengurangi subsidi pada minyak. Oleh karena itu, para pelaku industri berusaha mencari bahan bakar alternatif yang lebih murah dari minyak salah satunya adalah batubara. Konsumsi batubara sangat beragam penggunaannya, ada yang membutuhkan batubara dengan dimensi ukuran yang besar, medium ataupun kecil. Sehingga untuk mendapatkan berbagai macam kebutuhan dimensi tersebut digunakan metoda penghancuran dulu atau crushing. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap proses produksi kebanyakan menghasilkan limbah, dimana dalam proses crushing ini memberikan limbah sisa berupa batubara serbuk. Biasanya pemanfaatannya kebanyakan adalah sebagai bahan baku briket batubara. Akan tetapi nilai ekonomis dari briket ini tidak begitu maksimal, diperlukan usaha nilai tambah. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan usaha peningkatan nilai tambah yaitu dengan proses karbonisasi. Biasanya proses karbonisasi untuk batubara yang berdimensi serbuk adalah dengan metoda fluidized bed, tetapi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara pengovenan dengan metoda udara sekunder. Dimana batubara serbuk terlebih dahulu dibuat menjadi briket batubara yang dicampur dengan tepung tapioka atau aci sebagai binder yang kemudian di tekan atau dicetak dalam mesin cetak model roll. Setelah tercetak lalu dikeringkan selama beberapa waktu. Kemudian briket tersebut dimasukkan dalam oven yang dibuat dari drum kapasitas 100 kg  yang dimodifikasi. Proses pemasukan bahan baku karbonisasi dalam drum, dicampur dengan batubara bongkah sebagai indikator fisik berhasil tidaknya proses karbonisasi. Proses karbonisasi dilakukan selama 8 – 10 jam yang kemudian dilakukan proses pendinginan selama sehari. Dari hasil analisa didapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar fixed carbon dari briket batubara yaitu sebesar dari 31,35% menjadi 47,14%. Sedangkan batubara bongkah sebagai indikator fisik, kadar FC nya naik menjadi 81,73%. Dari segi penampilan fisiknya batubara bongkah indikator berhasil terkarbonisasi terbukti salah satunya dari beratnya menjadi lebih ringan, berdenting dan lebih getas dan untuk briket batubara juga berubah fisiknya menjadi lebih hitam pekat. Kemudian dilakukan usaha pembanding yaitu dengan mengkarbonisasi batubara bongkah dengan metode yang sama. Proses karbonisasi dilakukan selama 20 – 28 jam yang kemudian dilakukan proses pendinginan selama sehari. Dari hasil analisa didapatkan kadar FC batubara menjadi 93,6% dan mempunyai penampilan fisik yang sama dengan batubara bongkah indikator. Selain itu dilihat dari faktor waktu yang diperlukan dalam proses karbonisasi, proses untuk briket jauh lebih cepat. Hal ini dikarenakan porositas dalam bentuk briket lebih besar sehingga proses pembakaran jauh lebih cepat sehingga lebih ekonomis.

Kata kunci: karbonisasi, batubara, briket, udara sekunder, serbuk  

Download Full Paper

0 komentar:

Posting Komentar