EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE SOLFEGIO UNTUK PEMBELAJARAN KETRAMPILAN BERMAIN MUSIK DI SEKOLAH DASAR

Mochamad Usman Wafa, Ferry Bayu Arianto, Bagasworo D.S.
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Pada umumnya proses pembelajaran musik di Sekolah Dasar belum disertai penerapan metode yang tepat. Berkaitan dengan hal tersebut penelitian ini secara khusus akan mengujicobakan metode solfegio pada pembelajaran praktek instrumen musik. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Sekaran Gunungpati Semarang. Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas yang didukung dengan strategi pencarian data yang meliputi: (1) observasi partisipatif, (2) dokumentasi, dan (3) angket. Analisis yang diperlukan adalah teknik deskriptif dengan prosentase. Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi bahwa metode solfegio dapat meningkatkan efektivitas, keaktifan, efisiensi dan keterlibatan siswa sehingga dapat mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran ketrampilan bermain musik (ansembel). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diterapkan metode solfegio hanya 10% siswa yang mampu belajar musik Setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode solfegio sight reading terdapat peningkatan kualitas dalam penguasaan musik. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rincian data berikut: 31% siswa menguasai materi belajar dengan tingkat sangat baik, 43% siswa menguasai materi belajar dengan tingkat baik, 26% siswa menguasai materi belajar dengan tingkat sedang. Ketika diujicobakan metode solfegio ear training. Dari hasil observasi penampilan bermain musik, hasilnya adalah 20% siswa menguasai materi belajar dengan tingkat sangat baik, 46% siswa menguasai materi belajar dengan tingkat baik, 34% siswa menguasai materi belajar dengan tingkat sedang. Berkaitan dengan hal tersebut, maka disarankan agar guru musik mnenerapkan metode solfegio dalam setiap kegiatan belajar mengajar ketrampilan bermain musik disetiap kelas, sesuai keragaman materi seni yang diajarkan di Sekolah Dasar.

Kata kunci: metode solfegio (Sight Reading dan Ear training), ketrampilan musik

Download Full Paper

METODE PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BAGI IBU RUMAH TANGGA DI PERMUKIMAN SUB-URBAN (Studi Kasus : Desa Bojongkacor Kelurahan Cibeunying Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung)

Tri Yunia M., Rakhmita Akhsayanty, R. Maya Sarah G.K., Dewi Lestariyani A.
Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK
Meningkatnya volume sampah di Bandung telah menimbulkan masalah yang kompleks dalam pengelolaannya. Untuk itu dibutuhkan strategi yang efektif untuk mereduksi volume sampah sejak dari sumbernya, terutama sampah domestik, di mana ibu rumah tangga berperan penting di dalamnya. Bagaimana ibu rumah tangga mengelola sampah dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kesadarannya. Untuk itu dibutuhkan sebuah metode pelatihan yang mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut. Selama ini belum ada metode pelatihan yang baku dan sesuai dengan potensi dan kebutuhan ibu rumah tangga. Penelitian ini merekomendasikan sebuah metode pelatihan pengelolaan sampah bagi ibu rumah tangga yang disesuaikan dengan modalitas belajar dan tingkat pengetahuannya. Dalam mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dilakukan survei dan pengambilan sampel yang dilakukan dengan metode ’simple cluster random sampling’ pada daerah sub-urban, sebagai studi kasus yaitu Desa Bojongkacor RW 22 Kelurahan Cibeunying Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Metode pelatihan yang dihasilkan dalam penelitian ini sesuai dengan modalitas belajar dominan ibu rumah tangga, yaitu visual dan kinestetik. Materi pelatihan yang diberikan ditekankan pada aspek-aspek yang mampu meningkatkan pemahaman persampahan dan pengelolaannya serta aplikatif dilakukan dalam skala rumah tangga. Selain itu, untuk mencapai kualitas ’output’ yang berkesinambungan, diperhatikan pula prakondisi seperti penyelenggaraan lomba kebersihan. Penetapan materi sederhana yang aplikatif serta metode yang mendukung modalitas belajar visual dan kinestetik dalam metode pelatihan yang telah dibuat diprediksi akan memberikan hasil yang lebih efektif.

Kata kunci : sampah domestik, ibu rumah tangga, modalitas belajar, tingkatpengetahuan, metode pelatihan.

GAMBARAN PEMILIHAN BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN PASCA PEMBERITAAN PENYALAHGUNAAN FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

M. Freddy C Sitepu, A Ardi, TAP Siregar, YS Nasution, Fila Effendi
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Incidence of formalin issues in protein food-stuff could increase of malnutrition prevalence especially Protein Energy Malnutrition to affect degradation of human resource in Indonesia. This research purpose explained society behavior in chosening protein source food after news formalin issues in food-stuff. It was a descriptive survey with cross sectional design. Amount of sample in this research was 60 respondens in compilation of household menu in Medan Tuntungan Subdistrict. The result of research indicated the decreasing frequency of protein source food after news formalin issues in food-stuff. This research can be expected for database and reference materials in effort improve awareness of society about compilation of well-balanced menu to prevent malnutrition because of it news influence and decrease malnutrition prevalence.

Key words: Malnutrition, Protein Sources, Formalin

Download Full Paper

UJI KUALITAS TANAH LIAT MERAH (EARTHENWARE) BEBERAPA DAERAH DI BALI SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN KERAMIK

Erna Risdiana, Komang Wisya Swadarma, Ahyati
PS Pendidikan Kimia, IKIP Negeri Singaraja, Singaraja

ABSTRAK
Bali, khususnya Buleleng mempunyai daerah-daerah penghasil tanah liat yang berpotensi sebagai bahan dasar pembuatan keramik. Namun demikian, keramik yang dihasilkan memiliki kualitas yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh kandungan tanah liat yang berbeda pada masing-masing daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kualitas tanah liat merah (earthenware) sebagai bahan dasar pembuatan keramik yang berasal dari Desa Tukad Mungga, Banyuning, dan Sambangan, (2) kualitas hasil campuran antara tanah liat merah (earthenware) yang berasal dari Desa Banyuning, Tukad Mungga, dan Sambangan sebagai bahan dasar pembuatan keramik. Populasi penelitian ini adalah tanah liat merah (earthenware) yang ada di tiga Desa yaitu, Tukad Mungga, Banyuning, dan Sambangan, sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara random di ketiga Desa tersebut. Metode penelitian ini adalah eksperimen untuk mengetahui kualitas tanah liat merah (earthenware) sebagai bahan dasar keramik yang meliputi pengukuran sifat-sifat fisika tanah liat yaitu plastisitas, susut kering, susut bakar, dan porositas. Data tentang kualitas tanah liat dikumpulkan dari hasil masing-masing pengukuran dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif untuk mengetahui kualitas tanah liat sebagai bahan dasar keramik. Hasil penelitian menunjukkan (1) tanah liat yang memiliki urutan kualitas paling baik, baik, dan kurang baik sebagai bahan dasar keramik adalah tanah liat yang berasal dari Desa Tukad Mungga, Banyuning, dan Sambangan, (2) komposisi tanah liat terbaik dari campuran ketiga tanah liat yang berasal dari Banyuning, Tukad Mungga, dan Sambangan adalah komposisi antara Sambangan 50% dan Tukad Mungga 50%.

Kata kunci: Uji kualitas, tanah liat merah, bahan dasar keramik.
Download Full Paper

UJI AKTIFITAS ANTIMALARIA EKSTRAK AIR DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) PADA KULTUR PLASMODIUM FALCIPARUM IN VITRO

Achmad Fachrizal, Ferry Efendi, Dhianita Binarwati, Rinnelya Agustien
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK
Malaria masih merupakan masalah kesehatan di dunia dan di Indonesia. Penyakit malaria tersebar cukup merata di seluruh kawasan di Indonesia, namun paling banyak dijumpai di luar wilayah Jawa-Bali, bahkan di beberapa tempat dapat dikatakan sebagai daerah endemis malaria. Pengobatan malaria sebagai penyakit menular sudah dilakukan sejak dulu tetapi sampai saat ini masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Salah satu kendala yang dihadapi adalah meningkatnya resistensi Plasmodium terhadap obat antimalaria di berbagai daerah sehingga sampai saat ini belum ada obat anti malaria yang ideal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase penghambatan dan IC50 ekstrak air daun jambu biji pada kultur P. falciparum secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium yang dilakukan secara in vitro. Prosentase penghambatan pemberian ekstrak air daun jambu biji pada kultur isolat P. falciparum secara in vitro pada dosis 0,01; 0,1; 1; 10; 100 μg/ml adalah sebesar 24,4; 43,9; 29,3; 48,8; 65,8 %. Pemberian ekstrak air daun jambu biji mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan P. falciparum in vitro dengan nilai IC50 pada inkubasi 48 jam sebesar 7,35 μg/ml.

Kata kunci : anti malaria, ekstrak air daun jambu biji, plasmodium falciparum, in vitro

Download Full Paper

REGENERASI BENTONIT BEKAS SECARA KIMIA FISIKA DENGAN AKTIVATOR ASAM KLORIDA DAN PEMANASAN PADA PROSES PEMUCATAN CPO

Meldia Evika Fikri dan Reni Kusumadewi
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Lampung

ABSTRAK
Warna merupakan parameter utama dalam penentuan kualitas minyak pada industri minyak kelapa sawit dan digunakan sebagai parameter di dalam dunia perdagangan. Semakin gelap warna CPO, semakin mahal biaya yang dibutuhkan dalam proses pemurnian. Selain itu yang gelap juga menandakan kualitas minyak yang rendah. Salah satu tahap dalam pemurnian CPO menjadi minyak
goreng adalah tahap pemucatan (bleaching), yaitu dengan cara menambahkan adsorben bentonit sebanyak 1,5% dari berat CPO ke dalam CPO. Industri pemurnian CPO untuk menjadi minyak goreng merupakan konsumen terbesar bentonit. Sekitar 200.000 ton/tahun bentonit digunakan dalam industri ini. Bentonit sendiri merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan. Dalam upaya menghemat penggunaan bentonit maka dilakukan regenerasi bentonit bekas (bentonit yang telah dikontakkan dengan CPO). Proses regenerasi yang digunakan adalah regenerasi kimia fisika yaitu dengan menggunakan aktivator asam klorida dan dilanjutkan dengan pemanasan. Parameter yang digunakan adalah konsentrasi HCl dengan variasi 8% v/v, 10% v/v, 12% v/v dan temperatur yang divariasikan 190oC, 270oC, 350oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bleached palm oil (CPO yang telah dikontakkan dengan bentonit) memiliki kualitas terbaik setelah melewati proses pemucatan dengan menggunakan bentonit hasil regenerasi pada perlakuan konsentrasi HCl 8% dan temperatur 190 oC dengan persen removal yang diperoleh adalah 47,86 %. Hasil ini lebih baik dibandingkan dengan menggunakan persen removal sebesar 28,57 % dengan waktu pengontakan 30 menit.

Keywords : pemucatan, bentonit bekas, CPO, bentonit regenerasi, bleached palm oil

Download Full Paper

POTENSI SENYAWA KAIROMON BATANG KELAPA SEBAGAI PENGENDALI KUMBANG KELAPA (Rhynchophorus spp.)

Muhammad Idris, Dwi Retno Anggraheni, Luluk Palupi Mahareni
Jurusan Kimia, Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK
Senyawa kairomon merupakan senyawa volatil dari batang kelapa (Cocos nucifera L.) yang berpotensi sebagai pengendali hama kumbang kelapa (Rhynchophorus spp.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi, mengidentifikasi dan menguji aktivitas senyawa kairomon hasil isolasi batang kelapa (Cocos nucifera L.). Metode yang digunakan adalah distilasi uap-ekstraksi berkesinambungan (Likens-Nickerson). Isolat yang dihasilkan adalah isolat dalam fasa n-heksana, kloroform, dan air. Hasil identifikasi dengan menggunakan Kromatografi Gas Spektro-fotometer Massa (GC-MS) menunjukkan bahwa komponen yang terkandung dalam isolat batang kelapa fasa n-heksana adalah senyawa golongan alkana rantai panjang, sedangkan yang terdapat dalam isolat batang kelapa fasa kloroform adalah etanol, etil asetat, dan etil propionat yang diduga sebagai senyawa kairomon hasil isolasi batang kelapa. Uji aktivitas secara Olfaktometri menunjukkan bahwa kumbang kelapa, Rhynchophorus spp. lebih tertarik kepada isolat batang kelapa fasa kloroform dengan persentase sebesar 65 % dan waktu orientasi tercepat sebesar 29,53 detik.

Kata Kunci: Batang kelapa, kairomon, kumbang kelapa, Olfaktometri.

Download Full Paper

PERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER

Pratiwi Erika, Sherly Widjaja, Lindawati, Fransisca Frenny
Fakultas Teknobiologi, Universitas katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta

ABSTRAK
Umbi singkong dapat digunakan sebagai pakan ternak karena kandungan pati yang tinggi serta nilai jualnya yang rendah. Akan tetapi, kadar protein singkong sangat kecil (1-3%) sehingga kurang efektif dalam penggunaannya sebagai pakan ternak terutama unggas. Peningkatan kadar protein singkong dapat dilakukan dengan proses fermentasi substrat padat. Substrat yang dipakai diberi perlakuan dengan diseduh terlebih dahulu sebagai pengganti proses pengukusan dan disuplementasi dengan amonium sulfat. Penyeduhan substrat sebelum proses fermentasi efektif digunakan. Selain lebih ekonomis, kelangsungan proses fermentasi tidak terhambat. Penambahan amonium sulfat pada substrat menjadikan kandungan protein sejati (kadar protein kasar dikurangi sisa nitrogen amonium sulfat) setelah proses fermentasi menjadi lebih tinggi dibandingkan substrat tanpa penambahan amonium sulfat. Kenaikan nilai kadar protein sejati mencapai 107%.

Kata kunci: umbi singkong, protein, Aspergillus niger, amonium sulfat, seduh

Download Full Paper

PERENDAMAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.) TERHADAP KEBERHASILAN PEMBENTUKAN KELAMIN JANTAN

Sunandar, Tri Makmun Arifin, Nunik Yuliani
Jurusan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

ABSTRAK
Pemenuhan kebutuhan akan konsumsi ikan gurami dan adanya permasalahan yang spesifik yaitu lambatnya pertumbuhan ikan gurami mendorong untuk melakukan riset tentang teknologi rekayasa pembentukan kelamin jantan ikan gurami dengan menggunakan hormon metiltestosteron. Tujuan praktikum ini untuk mengetahui pengaruh dosis hormon metiltestosteron dan lama perendaman benih ikan gurami terhadap keberhasilan pembentukan kelamin jantan ikan gurami, untuk mengetahui dosis hormon metiltestosteron dan lama perendaman benih ikan gurami yang optimal dan kelulushidupan (survival rate) benih ikan gurami yang terbaik. Metode praktikum yang digunakan adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 12 perlakuan meliputi, faktor 1 (dosis hormon metiltestosteron 0 mg/l, 2.5 mg/l, 5 mg/l, 7.5 mg/l) dan faktor 2 (lama perendaman 3 jam, 6 jam dan 9 jam) dengan 3 ulangan blok.
Analisa data menggunakan ANAVA dan uji BNT sedangkan untuk mengetahui dosis optimal menggunakan analisa regresi. Hasil praktikum ini menunjukkan dosis 4.906 mg/l merupakan perlakuan dosis yang optimal dalam menghasilkan 66.986% ikan gurami jantan dan 30.267% ikan gurami betina, sedangkan lama perendaman tidak bedanyata antar perlakuan, maka lama perendaman optimum yang memiliki waktu lebih singkat yaitu lama perendaman 3 jam. Pengaruh dosis hormon metiltestosteron dan lama perendaman tidak ada pengaruhnya terhadap kelulushidupan benih ikan gurami. Kesimpulan dalam praktikum ini adalah pemberian dosis hormon metiltestosteron pada ikan gurami berpengaruh sangat nyata terhadap keberhasilan pembentukan kelamin jantan, sedangkan perlakuan lama perendaman tidak berpengaruh. Dosis optimal dalam pembentukan kelamin jantan ikan gurami adalah 4.906 mg/l. Pengaruh hormon metiltestosteron dan lama perendaman benih ikan gurami selama perendaman dan selama pemeliharaan tidak berpengaruh terhadap kelulushidupan benih ikan gurami.

Kata kunci: Kelamin jantan, metiltestosteron, perendaman

Download Full Paper

Preparasi Bentonit Terpilar Alumina dari Bentonit Alam dan Pemanfaatannya sebagai Katalis pada Reaksi Dehidrasi Etanol, 1-Propanol serta 2-Propanol

Surya Lubis
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala

Abstract
Penelitian tentang modifikasi bentonit dari Kuala Dewa, Aceh Utara menjadi bentonit terpilar alumina dan uji aktivitasnya pada reaksi dehidrasi etanol, 1-propanol dan 2-propanol telah dilakukan. Bentonit alam (Ca-bentonit) dimodifikasi melalui proses pertukaran kation menjadi Na-bentonit dan H-bentonit, kemudian dipilarisasi menggunakan AlCl3 dan NaOH menghasilkan bentonit terpilar alumina. Bentonit terpilar alumina yang diperoleh mempunyai luas permukaan spesifik (72,42 m2/gram) yang lebih besar dibanding dengan bentonit tidak terpilar. Uji aktivitas katalitis bentonit terpilar alumina pada reaksi dehidrasi etanol, 1- propanol dan 2-propanol dilakukan pada suhu 200oC – 400oC. Suhu optimum reaksi dehidrasi etanol, 1-propanol dan 2-propanol menggunakan katalis bentonit terpilar alumina berturutturut adalah 250, 400 dan 200oC dengan konsentrasi dietil eter 25,44; 2,31 dan 3,29%. Aktivitas katalis bentonit terpilar alumina pada reaksi dehidrasi alkohol sesuai dengan urutan etanol > 2-propanol > 1-propanol.

Kata kunci: bentonit terpilar alumina, dehidrasi, etanol, 1-propanol, 2-propanol

(Available online: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/rkl/article/view/17303)

Download Full Paper

Rancang Bangun Mesin Hammer Mill Type Multi Hammers

Fajar Nurjaman
UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung, LIPI
Jl. Ir. Sutami Km. 15 Tanjung Bintang, Lampung Selatan – Lampung
Email : nurjaman_80@yahoo.com

Intisari

Grinding activity atau yang lebih dikenal dengan istilah penggerusan, merupakan sebuah tahap awal dari berbagai proses pengolahan, terutama pada pengolahan mineral ataupun pengolahan paska panen. Ada beberapa macam jenis mesin penggerus/milling machine, diantaranya hammer mill, ball mill, disk mill, dan lain sebagainya.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai rancang bangun (pembuatan) hammer mill dengan type multi hammers yang sangat cocok untuk digunakan pada industri pengolahan mineral ataupun pengolahan pasca panen dengan produk keluaran (output) berukuran mesh 10-100 (2,54 mm – 0,254 mm). Bahan yang digunakan untuk pembuatan alat ini adalah mild steel plate untuk hopper dan casing, baja tahan gesek untuk hammers serta baja profil UNP 80 (80 x 40 x 4 mm) untuk rangka alat tersebut. Alat ini terdiri dari sebuah drum berukuran 500 mm, dimana didalamnya terdapat 72 buah hammers berukuran 165 x 70 x 15 mm dimana hammers tersebut dipasang pada sebuah poros yang berputar dengan kecepatan 1450 Rpm, dimana poros ini diputar oleh motor listrik bertenaga 10 HP dengan putaran 2900 Rpm dengan menggunakan transmisi belt dan pulley.
Dari hasil percobaan mengenai unjuk kerja/kapasitas alat ini terhadap tiga jenis material/bahan yang berbeda, yaitu bijih besi, batubara dan singkong (chip) diperoleh hasil sebagai berikut, yaitu  400 Kg/jam untuk bijih besi dengan produk keluaran berukuran mesh 30-60, 500 Kg/jam untuk batubara dengan produk keluaran berukuran mesh 30-40 dan 1000 Kg/jam untuk singkong (chip) dengan produk keluaran berukuran mesh 60-80.

Kata kunci: grinding, hammer mill, hammers, pengolahan, mineral, pasca panen


Download Full Paper

PENINGKATAN MUTU FELDSPAR UNTUK INDUSTRI DALAM NEGERI

Etty Marti Wigayati, Erfin Yundra Febrianto
Pusat Penelitian Fisika LIPI


INTISARI
Feldspar merupakan bahan baku utama dalam industri pembuatan keramik. Keberadaan feldspar di Indonesia cukup banyak tersedia antara lain dari Tulung Agung, Flores dll, sementara sebagian besar dari industri keramik yang ada di Indonesia membeli feldspar dari luar negeri seperti Cina dan Korea. Masalahnya bukan disebabkan karena mutu ataupun kualitas feldspar Indonesia yang kurang bagus, tetapi disebabkan karena feldspar hasil galian penambang feldspar Indonesia mempunyai mutu yang tidak standar, terutama terhadap kandungan Fe2O3 nya, sehingga industri keramik enggan menggunakan feldspar dalam negeri.
Pada makalah ini telah lakukan penelitian peningkatan mutu feldspar dengan cara: feldspar diturunkan kadar logam pengotor Fe dalam bentuk oksidanya yaitu Fe2O3. Material ini akan mempengaruhi pembentukan badan keramik pada saat dibakar. Misalnya Fe2O3 apabila kadarnya terlalu tinggi bila dibakar akan mengakibatkan perubahan warna pada badan keramik.
Metoda yang digunakan adalah peredam dan magnetik separator. Pada metoda peredaman feldspar direndam dengan HCl pada konsentrasi dan waktu yang divariasikan. Dengan peredaman akan terjadi reaksi oksida besi dengan HCl, sehingga terlepas dari badan utama feldspar, yang selanjutnya dianalisa dengan AAS. Metoda magnetik separator adalah melewatkan slurry feldspar kedalam unit magnetik separator, yang dapat menarik Fe2O3 karena merupakan material paramagnetik.
Hasil analisa didapat feldspar dari Cina memiliki kandungan Fe2O3. lebih kecil dibanding feldspar dari Lodoyo dan Flores. Feldspar dari metoda peredamkan ini dapat memenuhi persyaratan untuk bahan keramik halus seperti porselen, saniter gerabah halus padat, dan kaca lembaran. Sedang pemurnian feldspar dengan metoda magnetik separator, yang dapat memenuhi persyaratan sebagai bahan baku keramik hanya pada felspar Cina.

Kata kunci: feldspar, kestabilan mutu, mutu feldspar, magnetik separator, slurry feldspar

Download Full Paper

SINTESIS HIDROTERMAL ATAPULGIT BERBASIS BATUAN GELAS VOLKANIK (PERLIT) : Perbedaan Perlakuan Statis dan Dinamis Pengaruhnya Terhadap Kuantitas dan Kualitas Kristal

Eko Tri Sumarnadi Agustinus
Puslit Geoteknologi , Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135
Tlp. (022)-2503654, E-mail: esumarnadi@yahoo.co.id

ABSTRAK
Sintesis hidrotermal merupakan salah satu cara kristalisasi suatu bahan dari larutan dengan kondisi suhu dan tekanan tertentu. Eksperimen dilakukan untuk mengubah batuan perlit yang bersifat amorf menjadi bentuk kristal atapulgit sintetis dalam skala laboratorium dengan mengacu kejadiannya di alam. Walaupun di Indonesia banyak diketemukan bahan galian industri, namun belum tentu memenuhi persyaratan industri. Seperti atapulgit merupakan salah satu jenis bahan galian industri yang digunakan sebagai bahan baku obat-obatan (industri farmasi), pada kenyataannya Indonesia masih import. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh perbedaan perlakuan statis dan dinamis terhadap kuantitas dan kualitas kristal atapulgit sintetis yang mempunyai daya serap tinggi terhadap bakteri.
Bahan eksperimen berupa batuan gelas volkanik (perlit) dibuat dalam bentuk gel melalui peleburan dan pelarutan digunakan sebagai umpan proses. Ekperimen dilakukan dalam sebuah autoclave dengan 2 (dua) metode, yakni perlakuan statis (tanpa pengadukan) dan dinamis (dengan pengadukan). Sebagai kondisi tetap, yaitu viskositas gel (5 poise), konsentrasi EDA (ethylene diamine) dengan ratio antara EDA/GEL= 20/100 dan pada suhu reaksi sekitar 200oC serta tekanan yang merupakan fungsi dari temperatur. Sedangkan perbedaan perlakuan dan lamanya waktu reaksi sebagai variabel bebas. Kuantitas kristal dihitung berdasarkan tingkat perolehan (recovery), sedangkan kualitas kristal di observasi melalui analisis SEM (Scanning Electron Microscope) dan uji daya serap terhadap bakteri Eschericia Coli  (E. Coli) yang berperan sebagai indikator variabel respon.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa perlakuan metode statis memberikan indikasi bentuk kristal sesuai dengan disain, meskipun dengan tingkat perolehan (23,43 %) dan daya serap terhadap bakteri E. Coli (43 %) masih relatif rendah. Sedangkan metode dinamis memberikan bentuk kristal yang relatif seragam, walaupun dengan bentuk kristal masih belum sempurna tetapi mempunyai tingkat perolehan (41,61 %) dan daya serap (89,90 %) lebih tinggi dibandingkan dengan metode statis. Hasil penelitian ini akan ditindak lanjuti dengan berbagai uji aplikasi, misalnya sebagai mineral preservasi mikroorganisme pemecah phenol untuk mengatasi pencemaran limbah cair industri dan diharapkan pada masa mendatang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengantisipasi kebutuhan bahan baku industri farmasi yang hingga kini masih diimport.

Kata kunci : Perlit, sintesis hidrotermal, statis, dinamis, kristal atapulgit, daya serap, bakteri E. Coli.

Download Full Paper

UJI REAKSI SLAKING PADA LIMESTONE DARI RUMPIN, BOGOR

Eko Sulistiyono dan Murni Handayani 
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Gedung 470 Kawasan Puspiptek Serpong 

ABSTRAK
Proses slaking merupakan proses reaksi antara hasil kalsinasi berupa kalsium oksida aktif dengan air yang bertujuan melarutkan unsur kalsium menjadi larutan oksida. Proses dilakukan dengan menggunakan variabel massa padatan sampel limestone . Pada kegiatan ini menggunakan variabel massa sampel kalsit yaitu pada massa 50 g, 100 g, 150 g, 200 g dan 250 g dengan volume pelarut air masing-masing adalah 500 ml. Hasil proses slaking menunjukkan bahwa reaksi paling cepat terjadi pada 200g / 500 ml dengan suhu maksimal 77.5 dengan waktu 4.02 menit. Namun dari hasil produk slaking yang telah dikeringkan dapat diketahui bahwa hasil  terbaik tejadi pada variable 150 g / 500 ml air dengan bulk density paling rendah.

Kata kunci : Limestode  slaking, massa sampel, Bulk Density


Download Full Paper

ELIMINASI UNSUR BESI DAN SILIKA PADA PROSES HIDROMETALURGI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT DARI BATU KAPUR RUMPIN-BOGORELIMINASI UNSUR BESI DAN SILIKA PADA PROSES HIDROMETALURGI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT DARI BATU KAPUR RUMPIN-BOGOR

Eko Sulistiyono dan Murni Handayani
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Gedung 470 Kawasan Puspiptek Serpong 

ABSTRAK
Proses pemisahan unsur besi dan silika dari batu kapur pada pembuatan kalsium karbonat presipitat merupakan tahapan proses yang penting. Tujuan dari pengamatan pemisahan unsur besi dan silika adalah untuk mendapatkan metode yang tepat dalam pembuatan kalsium carbonate presipitat dengan kualitas tinggi. Percobaan pertama diperoleh hasil kadar besi 0,036 %, silika 0,093 % dan magnesium 0,034 %  dan pada percobaan kedua diperoleh hasil kadar besi 0,009 % , silica 0,012 % dan magnesium 0,010 %. Dari hasil percobaan terlihat bahwa batu kapur dari rumpin dengan kualitas yang rendah dimana kadar silika sekitar 14 % dapat direduksi menjadi dibawah 0,1 %. Metode kedua menghasilkan kualitas produk yang lebih bagus dibandingkan metode pertama.

Kata kunci : Eliminasi, Besi, Silika, Hidrometalurgi, kalsium karbonat presipitat


Download Full Paper

POTENSI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MINERAL PASIR BESI DI INDONESIA

Edi Herianto
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang 15314
e-mail : edih001@lipi.go.id. Hp : 0815 88 57 960

ABSTRAK
Potensi pengembangan sumber daya mineral pasir besi di Indonesia sudah waktunya untuk dilakukan, mengingat sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang ada cukup potensial. Disamping itu baik institusi lembaga penelitian perguruan tinggi maupun industri di Indonesia sudah banyak yang telah melakukan penelitian dasar, terapan bahkan sampai pada skala pilot. Potensi sumber daya pasir besi di Indonesia tidak perlu diragukan lagi, hampir di setiap wilayah Indonesia terdapat kandungan pasir besi, mulai dari pulau sumatera, sepajnag pantai selatan pulau jawa, termasuk di kawasan timur Indonesia. Sampai saat ini pasir besi belum di upayakan secara optimal, sebagian kecil hanya dimanfaatkan di pabrik pembuatan semen. Dengan pemanfaatan pasir besi di dalam negeri untuk industri besi dan baja paling tidak bisa berdiri empat bidang industri, yaitu industri konsentrat pasir besi, industri pengolahan bahan baku antara (spong iron, sinter, pelet atau briket tereduksi, dll), industri besi cor dan baja, industri hilir (flat & rolled products, profilled products, dll).
    Manfaat atau  dampaknya terhadap pengembangan industri pasir besi di wilayah Indonesia yaitu, membuka lapangan pekerjaan baru secara luas di setiap sentra tambang pasir besi, konsentrat pasir besi  dan industri-industri peleburan. Memberi kesempatan pada para sarjana di masing-masing wilayah untuk menerapkan ilmunya di sentra-sentra industri bersangkutan baik dari segi teknologi pengolahan, manajemen, ekonomi maupun pemasaran. Disamping pekerja berada di industri, juga membuka kesempatan pada masyarakat sekitar industri untuk berdagang makanan guna melayani para pekerja. Bagi pemerintah daerah tentunya dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), sehingga pemerintah daerah dapat dengan cepat membangun daerahnya masing-masing. Bagi negara dengan adanya industri-industri pengolahan pasir besi menjadi bahan baku antara atau besi dan baja, tentunya menghemat devisa negara sehingga dana yang ada dapat digunakan untuk membangun bangsa secara merata, demi kepetingan rakyat, tentunya dengan adanya industri-industri pengolahan pasir besi ini akan memacu industri-industri baru dalam pengolahan pertambangan baik pengembangan untuk mineral industri maupun mineral logam yang lainnya.

KATA KUNCI : Potensi sumber daya mineral, pasir besi, konsentrat, bahan baku antara, spong iron,  pelet-briket tereduksi, sinter, besi dan baja, rotary kiln, RHF, kupola, tungkit, jalur listrik.









Download Full Paper

LANGKAH AWAL UNTUK PROSES EKTRAKSI LOGAM TEMBAGA DARI BIJIH TEMBAGA

Edi Herianto* dan  Sudarsono**
*Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang 15314
e-mail : edih001@lipi.go.id. Hp : 0815 88 57 960
**Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Jl.Sangkuriang Bandung 40135

ABSTRAK
Langkah awal dalam penelitian ektraksi mineral logam yang perlu dilakukan adalah karakterisasi bijih yang akan diolah. Karena tanpa adanya penelitian awal ini maka kita sulit untuk melakukan penelitian selanjutnya. Karena dari penelitian awal ini kita mendapat gambaran mengenai jenis bijih, komposisi bijih dan lain sebagainya yang diperlukan dalam proses ektraksi selanjutnya. Bijih yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bijih tembaga yang berada di daerah Kecamatan Slahung di Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.
Dari hasil analisis terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan, untuk bijih dengan sampel A, mineralisasi bijih yang terbentuk adalah type sulfida, dan sebagai mineral pengotor adalah type silikat dan sulfida, proporsi volume relatif dalam sampel : bijih tembaga (15 – 25 %) : kalkopirit (12-15 %), malasit (5-8 %), kuprit + kovelit (1%), digenit + kalkosit (2 %). Mineral pengotor untuk tembaga (75 – 85 %) : Kuarsa (60-65 %), pirit (10-15 %). Sedangkan untuk bijih yang dengan sampel B atau bijih yang diambil dari bolder yang berbeda menunjukan hasil mineralisasi bijih yang terbentuk adalah type sulfida, dan sebagai mineral pengotor adalah type silikat dan sulfida, proporsi volume relatif dalam sampel : bijih tembaga (25 – 30 %) : kalkopirit (15-20 %), kovelit + Kuprit + azurit (5-15 %), malasit (1-2 %).  Mineral pengotor untuk tembaga (70 – 75 %) : Kuarsa (60-65 %), pirit (10-15 %). Emas murni  (<<<< 1 %), berwarna kuning, sangat halus 1-3 µm, inklusi di dalam kristal pirit dan kalkopirit. Melihat mineralisasi bijih tersebut maka proses ekstraksi tembaga sebaiknya menggunakan jalur pyrometalurgi, namun sebelum diproses lebih lanjut bijih perlu dikonsentrat terlebih dahulu untuk meningkatkan kadar tembaga di dalam bijih.

KATA KUNCI : Langkah awal, ektraksi tembaga, bijih tembaga, ponorogo, Jawa Timur, karakterisasi, pemilihan proses.


Download Full Paper

KOMPOSIT PASIR BESI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BESI DAN BAJA

Dedy Sufiandi dan Edi Herianto
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang 15314
e-mail : edih001@lipi.go.id. Hp : 0815 88 57 960


ABSTRAK
Penelitian dibidang metalurgi terutama pemanfaatan bahan baku lokal baik bijih konvensional, pasir besi maupun besi laterit akhir-akhir ini berkembang cukup pesat bagaikan jamur tumbuh dimusim hujan. Hal ini banyak ditunjukan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan baik oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi maupun pihak industri, melalui seminar-seminar yang banyak diadakan di dalam negeri. Tentunya langkah ini menunjukan hal yang sangat positip untuk cepat terwujudnya aplikasi pengembangan industri besi dan baja berbasis bahan baku lokal.
    Telah juga dilaksanakan penelitian pemisahan besi dari pasir besi Surade, Sukabumi, Jawa Barat. Langkah yang dilakukan untuk memisahkan besi dari pasir besi tersebut adalah dibuat komposit pasir besi dengan campuran batubara sebagai bahan reduktor dan digunakan bentonit untuk bahan pengikat. Komposit pasir besi dengan ukuran – 100 mesh dibuat pelet, selanjutnya dilakukan reduksi untuk memisahkan logam Fe dari oksida pengotor terutama oksida titan. Reduksi dilakukan pada temperatur  1200 OC dengan variabel bahan reduktor 15 %, 20 % dan 25 %, serta penahanan waktu 60 menit dan 1 jam. Komposit yang telah direduksi selanjutnya dilebur pada temperatur 1500 oC. Dari hasil peleburan menunjukan besi yang dihasilkan tidak begitu maksimal atau recovery logam besi nya masih belum maksimal, untuk recovery besi tertinggi diperoleh sebesarr 85 % dicapai dengan bahan reduktor 25 % dan penahanan waktu reduksi 60 menit. Hasil ini dihitung  dari analisa slag yang masih  mengandung besi sekitar 15 %. Hal ini ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi antara lain, metalisasi logam besi yang belum sempurna (rendah) atau recovery logam besi dari slag yang masih rendah, kondisi ini dapat disebabkan oleh temperatur peleburan yang kurang tinggi atau waktu peleburan yang kurang lama. Sehingga penelitian ini ada baiknya untuk peleburan komposit yang telah direduksi digunakan Arc furnace, menginggat di laboratorium Pusat penelitian Metalurgi tidak memiliki tungku Arc Furnace.

KATA KUNCI : Komposit, pasir besi, pelet, surade, Sukabumi, reduksi, peleburan, besi dan baja

Download Full Paper

STUDI POTENSI MINERAL DOLOMIT DARI BANGKALAN MADURA

Deddy Sufiandi, Eko Sulistiyono dan Murni Handayani
Pusat Peneklitian Metalurgi – LIPI  Gedung 470 Kawasan Puspiptek Serpong 

ABSTRAK
Potensi hasil pertambangan di Kabupaten Bangkalan yang cukup menonjol adalah bahan mineral berbasis karbonat yaitu batu kapur ( limestone ), batu kapur mineral kalsit dan dolomit. Hingga saat ini potensi mineral berbasis karbonat tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dan hanya sebatas untuk bahan urugan tanah dan bahan bangunan. Pada ulasan ini akan dipaparkan kemungkinan pemanfaatan salah satu mineral berbasis karbonat yaitu dolomit yang ada di Kabupaten Bangkalan. Metode pengkajian yang dipaparkan dalam tulisan ini adalah metode pencairan data sekunder potensi bahan galian dan struktur geologi, survei lapangan ke beberapa titik pengambilan sampel, wawancara mendalam dan analisis SEM . Dari hasil analisa SEM terlihat bahwa peak yang muncul adalah magnesium, kalsium, karbon dan oksigen dan unsur pengotor dari besi ( Fe ), aluminium ( Al ) dan silika ( Si ). 

Kata Kunci: Mineral Dolomit, Peak , Potensi, Hasil Tamnbang, Bangkalan 

Download Full Paper

PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA SERBUK HASIL SAMPING PROSES CRUSHING MELALUI PROSES KARBONISASI

David Candra Birawidha, Kusno Isnugroho, Slamet Sumardi
UPT. Balai Pengolahan Mineral Lampung, LIPI
Jl. Ir Sutami Km 15 Tanjung Bintang, Lampung Selatan
cb_r500@yahoo.com, kojay_99@yahoo.com

INTISARI
Dewasa ini penggunaan batubara semakin meluas untuk sektor industri, tidak hanya kelas besar melainkan juga telah merambah hingga sektor home industri, seiring dengan kenaikan nilai ekonomis bahan bakar minyak. Dulu masyarakat industri sangat tergantung dengan bahan bakar minyak karena pemerintah masih mampu memberikan subsidi yang besar di sektor ini, tetapi seiring terjadinya krisis ekonomi global, pemerintah mulai terbebani dan salah satu alternatifnya mengurangi subsidi pada minyak. Oleh karena itu, para pelaku industri berusaha mencari bahan bakar alternatif yang lebih murah dari minyak salah satunya adalah batubara. Konsumsi batubara sangat beragam penggunaannya, ada yang membutuhkan batubara dengan dimensi ukuran yang besar, medium ataupun kecil. Sehingga untuk mendapatkan berbagai macam kebutuhan dimensi tersebut digunakan metoda penghancuran dulu atau crushing. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap proses produksi kebanyakan menghasilkan limbah, dimana dalam proses crushing ini memberikan limbah sisa berupa batubara serbuk. Biasanya pemanfaatannya kebanyakan adalah sebagai bahan baku briket batubara. Akan tetapi nilai ekonomis dari briket ini tidak begitu maksimal, diperlukan usaha nilai tambah. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan usaha peningkatan nilai tambah yaitu dengan proses karbonisasi. Biasanya proses karbonisasi untuk batubara yang berdimensi serbuk adalah dengan metoda fluidized bed, tetapi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara pengovenan dengan metoda udara sekunder. Dimana batubara serbuk terlebih dahulu dibuat menjadi briket batubara yang dicampur dengan tepung tapioka atau aci sebagai binder yang kemudian di tekan atau dicetak dalam mesin cetak model roll. Setelah tercetak lalu dikeringkan selama beberapa waktu. Kemudian briket tersebut dimasukkan dalam oven yang dibuat dari drum kapasitas 100 kg  yang dimodifikasi. Proses pemasukan bahan baku karbonisasi dalam drum, dicampur dengan batubara bongkah sebagai indikator fisik berhasil tidaknya proses karbonisasi. Proses karbonisasi dilakukan selama 8 – 10 jam yang kemudian dilakukan proses pendinginan selama sehari. Dari hasil analisa didapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar fixed carbon dari briket batubara yaitu sebesar dari 31,35% menjadi 47,14%. Sedangkan batubara bongkah sebagai indikator fisik, kadar FC nya naik menjadi 81,73%. Dari segi penampilan fisiknya batubara bongkah indikator berhasil terkarbonisasi terbukti salah satunya dari beratnya menjadi lebih ringan, berdenting dan lebih getas dan untuk briket batubara juga berubah fisiknya menjadi lebih hitam pekat. Kemudian dilakukan usaha pembanding yaitu dengan mengkarbonisasi batubara bongkah dengan metode yang sama. Proses karbonisasi dilakukan selama 20 – 28 jam yang kemudian dilakukan proses pendinginan selama sehari. Dari hasil analisa didapatkan kadar FC batubara menjadi 93,6% dan mempunyai penampilan fisik yang sama dengan batubara bongkah indikator. Selain itu dilihat dari faktor waktu yang diperlukan dalam proses karbonisasi, proses untuk briket jauh lebih cepat. Hal ini dikarenakan porositas dalam bentuk briket lebih besar sehingga proses pembakaran jauh lebih cepat sehingga lebih ekonomis.

Kata kunci: karbonisasi, batubara, briket, udara sekunder, serbuk  

Download Full Paper

KARAKTERISTIK REDUKSI BIJIH BESI LATERIT

Basso D. Makahanap dan A. Manaf
Program Pasca Sarjana Ilmu Material
Kampus UI, Jl. Salemba Raya No 4, Jakarta 10430, Indonesia
e-mail: bassod.makahanap@krakatausteel.com

Abstrak
Indonesia mempunyai banyak cadangan bijih besi laterit (laterit) dan batubara. Sampai saat ini bijih besi laterit belum dipakai sebagai bahan baku utama dalam industri baja. Untuk menjajaki kemungkinan penggunaan laterit dan batubara sebagai bahan baku pembuatan baja, dilakukan penelitian reduksi laterit dengan reduktor batubara antrasit (antrasit) dan batubara bituminus (bituminus) dalam kondisi isotermal pada selang temperatur 800 – 1100 oC. Komposisi mineral hasil reduksi dianalisa dengan X-ray diffractometer (XRD) untuk mempelajari efektivitas reduksi kedua reduktor tersebut dan karakteristik kinetika metalisasi reduksinya. Metalisasi ditentukan oleh temperatur dan waktu reduksi, metalisasi maksimal tercapai pada temperatur dan waktu reduksi yang maksimal. Kinetika metalisasi reduksi pada kondisi isotermal menunjukkan ada dua tahap reduksi yang mengindikasikan ada dua tahap atau mekanisme reduksi. Mampu reduksi bituminus ternyata lebih besar dibandingkan antrasit. 

Kata kunci: laterit,reduksi,batubara,  metalisasi.

Download Full Paper

PELEBURAN DAUR ULANG SEKRAP ALUMINIUM UNTUK MEMPEROLEH PERSENTASE BERAT SUSUT TERENDAH

Bintang Adjiantoro, I Nyoman Gede P.A
Pusat Penelitian Metalurgi, Gedung 470
Kawasan  PUSPIPTEK Serpong

Abstrak
Daur ulang dari beberapa jenis sekrap aluminium komersil telah dilakukan melalui peleburan ulang dengan tujuan untuk mengetahui % hasil perolehan logam yang tinggi.  Dari hasil penelitian, persentase berat susut yang relatif rendah diperoleh dari jenis sekrap kawat dan pelat, masing-masing mencapai 12% dan 20%. Sedangkan persentase berat susut jenis sekrap Cans mencapai 35,2%. Tingkat kemurnian tertinggi diperoleh dari jenis sekrap kawat kemudian diikuti oleh jenis sekrap tube dan pelat. Untuk mengurangi berat susut dan sekaligus mengurangi kelarutan Fe digunakan cawan yang dilapisi dengan air setting mortar.

Kata kunci: Daur ulang, Sekrap aluminium, Peleburan ulang, berat susut, komposisi kimia.


Download Full Paper

PENGARUH TEMPERATUR REDUKSI DALAM PROSES PENINGKATAN KADAR NIKEL (Ni) DAN BESI (Fe) PADA BIJIH NIKEL LATERIT JENIS LIMONIT

Agus Budi Prasetyo, F.Firdiyono, Yusuf
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Gedung 470 Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang

Abstrak
Telah dilakukan percobaan reduksi bijih nikel laterit jenis limonit sebagai bahan baku pembuatan Nickel Containing Pig Iron (NCPI) yang berasal dari Sangaji, Halmahera. Percobaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kadar Ni dan Fe. Tahapan percobaan yaitu penggerusan bijih nikel limonite sampai menjadi ukuran – 80 mesh, dari sampel tersebut sebagian dianalisa dengan menggunakan AAS untuk mengetahui kadar Ni dan Fe dalam bijih nikel laterit jenis limonit tersebut. Dari analisa awal bijih nikel laterit jenis limonite dengan menggunakan AAS diperoleh kadar Ni sebesar 1,79 % dan Fe sebesar 48,72 %. Sebagian dibuat pelet dengan pencampuran batubara 15 % dan bentonit 2 %. Proses reduksi dilakukan menggunakan muffle furnace dengan variabel perbedaan temperatur 9000 C, 9500 C, 10000 C dan 11000 C dengan waktu reduksi tetap selama 1 jam.  Hasil Reduksi kemudian di konsentrasi menggunakan magnetik separator. Hasil konsentrasi berupa konsentrat dan tailing kemudian dianalisa dengan AAS untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kadar Ni dan Fe setelah dilakukan reduksi. Hasil analisa AAS dari konsentrat menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur semakin tinggi kadar Ni dan Fe. Dari hasil percobaan diatas diperoleh data optimum yaitu pada suhu 11000 C diperoleh kadar Ni sebesar 2,27 % dan Fe sebesar 53,59 %. Dari percobaan diatas perlu dilakukan percobaan lanjutan untuk menentukan pemakaian jumlah reduktor, dan lama waktu reduksi yang lebih optimum.

Kata kunci :     Nikel laterit, limonit, Nickel Containing Pig Iron (NCPI), reduksi , magnetik separator,   konsentrat, tailing

Download Full Paper

UJI PROSES KALSINASI DOLOMIT DARI LAMONGAN JAWA TIMUR UNTUK BAHAN BAKU LIGHT CALSIUM-MAGNESIUM CARBONATE PRECIPITATE

Agus Budi Prasetyo, Eko Sulistiyono
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Gedung 470 Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang

Abstrak
Telah dilakukan proses kalsinasi dari mineral batuan dolomit dari daerah Lamongan Jawa timur. Proses kalsinasi meruapakan salah satu tahapan proses dalam percobaan pembuatan Magnesium-calsium Carbonate precipitat. Proses kalsinasi merupakan proses pemisahan senyawa karbonat  menjadi magnesium oksida dan kalsium oksida dengan hasil samping terbentuknya gas CO2. Kalsinasi dilakukan dengan menggunakan peralatan muffle furnace pada suhu 700 oC pada beberapa variabel ukuran mesh dari sampel dolomit. Ukuran sampel yang digunakan pada proses kalsinasi adalah - 80 mesh, - 45 + 80 mesh,    - 20 + 45 mesh, +1/2 mesh. Kalsinasi dilakukan dilakukan pada variabel waktu yang berbeda-beda antara 1 sampai 7 jam dengan temperatur 700 oC. Variabel ukuran butiran menunjukkan hasil yang tidak begitu berpengaruh terhadap % berat yang hilang, hal ini disebabkan karena adanya porositas butiran maka CO2 mudah lepas dari oksidanya.

Kata Kunci: Dolomit, kalsinasi, Magnesium-calsium carbonate presipitate, magnesium oksida, kalsium oksida


Download Full Paper

PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI DENGAN METODA PENCUCIAN

Adil Jamali
UPT  Balai Pengolahan Mineral Lampung – LIPI
E-mail:adilj03@yahoo.com dan adil.jamali@lipi.go.id

ABSTRAK
Untuk membuat produk jadi ,bahan baku bijih besi mengalami serangkaian “cincin proses pengolahan” yang membentuk rantai kegiatan industri dari bahan baku ke produk jadi. Apabila salah satu “cincin proses pengolahan” , cpp tersebut absen maka rangkaian produksi akan terkendala. Kendala dalam wujud harga yang relative mahal,ketersediaan yang  berfluktuasi dan rendahnya nilai tambah bahan baku lokal. Ditanah air dewasa ini rantai pengolahan bijih besi menjadi produk jadi, masih belum utuh, beberapa mata rantai  cpp masih kosong. Diantaranya adalah benefisiasi bijih besi, suatu proses peningkatan kadar bijih besi agar menjadi konsentrat siap digunakan oleh industri tertentu atau sebagai masukan proses selanjutnya dalam pembuatan besi- baja. Bijih besi  kadar rendah dengan kandungan besi 25 %  -  40 % belum banyak dimanfaatkan. Padahal diperkirakan lebih dari 60% cadangan nasional bijih besi tergolong kadar rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kadar besi dari bijih besi kadar rendah 25 – 40% besi (Fe) menjadi konsentrat besi berkadar 45 – 60% Fe. Metoda yang digunakan adalah pencucian atau washing. Pertama dilakukan identifikasi bahan baku yang  merupakan langkah awal yang sangat penting. Tidak semua jenis bijih besi dapat ditingkatkan kadarnya dengan pencucian. Bijih besi yang mengalami proses pelapukan dengan pengotor lempung dan silika ( Al2O3 dan SiO2 ), diperkirakan dapat diproses dengan metoda pencucian. Selanjutnya bahan baku bijih besi dianalisa kimia kandungan Fe dan  senyawa pengotornya utamanya Al2O3 dan SiO2. Kemudian dicuci secara batch  dan manual dilaboratorium. Sebanyak 5 Kg bijih besi kotor dimasukkan secara bertahap kedalam ember plastik volume 30 liter. Air dimasukkan kedalam ember,diaduk secara manual kemudian didekantasi.  Pencucian dilakukan berulang ulang sampai dihasilkan air hasil cucian yang bersih sebagai petunjuk semua lempung telah habis tercuci. Berat sebelum dan setelah pencucian dicatat demikian pula komposisi kimia nya. Dari hasil percobaan terbukti bijih besi dengan pengotor lempung dan silika dapat ditingkatkan kadar Fe nya dalam kisaran 45- 60 % dengan perolehan 40 s/d 60% . Kemudian dilakukan percobaan secara kontinyu menggunakan peralatan yang biasa digunakan dalam pencucian pasir kuarsa yang telah dimodifikasi. Dengan memanfaatkan gaya tekan air, bijih kotor mengalami proses pelarutan menjadi bubur-lumpur selanjutnya diarahkan pada pemisahan secara sentrifugal dan gravity. Dengan metoda ini dihasilkan konsentrat besi dengan kadar 45 %  --  60% yang berasal dari bahan baku bijih besi berkadar Fe  25 – 40%. Berdasarkan data percobaan, dilakukan perancangan lembar alir proses pencucian dan peralatan pencuci bijih mineral. Sebagai tindak lanjut penelitian , telah  didaftarkan sebuah paten tentang “ Alat pencuci bijih Mineral “.  Dalam  penerapannya, sebuah unit percobaan pengolahan  skala pilot plant berhasil dioperasikan yang mempunyai kapasitas 10.000 ton/bulan  konsentrat besi berkadar 45 % -- 60 %. Pilot plant ini dilengkapi dua bak pengendapan lumpur dan sirkulasi air pencucian setelah diendapkan dalam bak. Air yang telah jernih sebagian digunakan untuk pencucian dan sisanya  dikembalikan  kesungai.   

Kata kunci : Mineral, bijih besi, kadar rendah, proses pencucian, pilot plant.

Download Full Paper

Mutu Papan Partikel dari Kayu Kelapa Sawit (KKS) Berbasis Perekat Polystyrene

Indra Mawardi
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe, Banda Aceh
E-mail: ddx_72@yahoo.com

ABSTRAK
Target khusus penelitian adalah mendapatkan komposisi kayu kelapa sawit (KKS) dan polystyrene (PS) yang tepat pada pembuatan papan partikel yang memenuhi standar mutu. Standar mutu SNI 03-2105-1996 dijadikan referensi pembanding hasil pengujian. Tahapan penelitian dimulai dari pemilihan ukuran partikel, pencampuran, dan pembentukan papan partikel, sampai pada pengujian. Unsur pembentuk papan partikel adalah KKS, perekat PS, benzoyl peroxide, maleated coupling agent, dan pelarut xilena. Spesimen dibuat dengan komposisi variasi fraksi berat KKS-PS: 20:80, 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30 dan 80:20. Pengujian mekanis, dan fisis dilakukan untuk mendapatkan komposisi optimum dari masing-masing fraksi berat. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis cenderungan meningkat seiring bertambahnya kadar perekat. Dari variasi komposisi, mulai komposisi KKS-PS, 60:40 telah dapat digunakan dalam pembuatan papan partikel KKS. Papan partikel KKS-PS memiliki nilai kekuatan tarik optimum sebesar 55,15 kg/cm2 dan kekuatan lentur optimum sebesar 92,27 kg/cm. Secara umum papan partikel KKS-PS telah memenuhi persyaratan standar SNI 03-2105-1996.

Kata kunci: Papan partikel, polystyrene, kayu kelapa sawit.

(Available online: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/mes/article/shop/17954/17873)

Pengembangan Proses Produksi Biodiesel Biji Karet Metode Non-Katalis “Superheated Methanol” pada Tekanan Atmosfir

I Wayan Susila
Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya, Surabaya
E-mail: wayansusila@yahoo.com

ABSTRAK
Proses produksi biodiesel dari biji karet (Hevea brasiliensis) yang dilaksanakan di Indonesia pada umumnya memakai metode katalis (asam atau alkil) dan metode pencucian basah atau metode pencucian kering. Metode katalis membawa banyak kerugian antara lain: waktu produksi lama, biaya produksi tinggi karena menggunakan magnesol sebagai absorban, terutama jika pemurniannya menggunakan air (sistem pencucian basah) karena akan dapat merusak komponen mesin seperti misalnya: seal cepat bocor, mudah timbul jamur, karat / korosi pada silinder head, pompa dan saringan bahan bakar sering buntu, dan sebagainya. Proses produksi biodiesel dengan metode non-katalis dapat mengatasi kelemahan seperti disebutkan di atas. Pada studi ini, minyak biji karet diperoleh dengan metode pengepresan. Spesifikasi minyak adalah sebagai berikut: viskositas 5,19 cSt, densitas 0,9209 g/ml, kandungan air 0,2%, asam lemak bebas (FFA) 6,66%, dan titik didih 305oC. Metodelogi yang digunakan adalah pemrosesan biji karet menjadi biodiesel metode non-katalis superheated methanol. Tranesterifikasi berlangsung di dalam sebuah Bubble Column Reactor (BCR) pada temperatur reaksi 270oC, 275oC, 280oC, 285oC, dan 290oC serta pada tekanan atmosfir. Rasio molar antara methanol dan minyak biji karet adalah: 140, 150, dan 160. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati metode katalis biasanya melalui berbagai tahapan proses yaitu: proses degumming untuk melepaskan getah atau lendir yang dikandungnya, esterifikasi untuk menurunkan kadar FFA sampai di bawah 2,5% untuk mencegah penyabunan, dan tranesterifikasi untuk memperoleh metil ester atau biodiesel dan kemudian pencucian. Tetapi dalam pengembangannya menggunakan metode non-katalis ternyata bahwa minyak biji karet yang memiliki kadar FFA tinggi (di atas 2,5%) dapat secara langsung diproses tranesterifikasi tanpa terjadi penyabunan dan dapat menghasilkan biodiesel tanpa harus mengalami proses pendahuluan degumming, esterifikasi, maupun pencucian. Densitas, angka setana, titik tuang, titik nyala, dan angka asam metode non-katalis lebih baik dari pada metode katalis. Kelemahannya adalah bahwa residu karbon mikro yang dikandung oleh biodiesel minyak biji karet (B-100) masih cukup tinggi di atas standar yang diijinkan. Kadar metil ester optimum diperoleh pada rasio molar 160 dan temperatur reaksi 290oC karena menghasilkan biodiesel terbesar dan gliserol terkecil.

Kata kunci: biji karet, biodiesel, non-katalis, superheated methanol, bubble column reactor.

(Available online: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/mes/article/shop/17958/17877)

Pencegahan Terjadinya Retak Panas pada Proses Pengecoran Squeeze Benda Tipis Al-Si

Elfendri
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Pasir Pengaraian, Riau
E-mail: elfendri@ymail.com

ABSTRAK
Pengecoran squeeze Al-Si adalah proses pengecoran dimana logam cair Al-Si dibekukan dibawah tekanan tinggi sehingga akan menghasilkan produk dengan butir halus dan menekan jumlah cacat porositas namun cendrung mengalami retak panas. Parameter kandungan silikon Al-Si, temperatur tuang dan cetakan mempengaruhi terjadinya retak panas pada benda cor tipis Al-Si. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kandungan silikon Al-Si, temperatur tuang dan cetakan terhadap terjadinya retak panas pada proses pengecoran squeeze benda tipis Al-Si sehingga tindakan pencegahan bisa dilakukan pada proses produksi. Pengecoran squeeze ini menggunakan penekan hidrolik bertekanan 135 MPa. Temperatur yang dipakai adalah 220, 275 dan 330 oC untuk cetakan dan 665, 775 dan 885 0C untuk logam cair. Kandungan silikon material mengunakan tiga variasi yaitu: 0,45, 3,22 dan 6,04 % berat. Panjang dan indeks retak panas digunakan sebagai indikator terukur retak panas. Peningkatan kandungan silikon akan menurunkan panjang dan indeks retak panas benda cor tipis Al-Si. Peningkatan temperatur tuang dan cetakan akan meningkatkan panjang dan indeks retak panas benda cor tipis Al-Si. Kombinasi temperatur tuang dan cetakan rendah serta komposisi silikon tinggi akan menghasilkan benda cor tipis Al-Si bebas retak panas.

Kata kunci: Al-Si, pengecoran squeeze, retak panas.

(Available online: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/mes/article/shop/17957/17876)


Perubahan Faktor Keausan Die Drawn UHMWPE Akibat Tegangan Kontak untuk Aplikasi Sendi Lutut Tiruan

Jefri S. Bale
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, Kupang
E-mail: jefri_bale@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tegangan kontak terhadap faktor keausan die drawn GUR 1120 UHMWPE berpasangan dengan cobalt chrome alloy yang diimplantasi ion berbasis nitrogen menggunakan pin on plate unidirectional reciprocating movement wear test. Pin die drawn UHMWPE dibebani sehingga menghasilkan tegangan kontak berkisar 5 MPa, 9 MPa dan 12 MPa dengan kecepatan gesekan konstan 116,5 mm/dtk. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa faktor keausan UHMWPE akan menurun seiring dengan meningkatnya tegangan kontak. Tegangan kontak terkecil (5 MPa) menghasilkan faktor keausan rata-rata UHMWPE yang terbesar yaitu 2,67x10-7 mm3/Nm. Perbedaan nilai faktor keausan ini disebabkan karena peningkatan tegangan kontak merubah mekanisme keausan pada permukaan kontak. Tegangan kontak terkecil di dominasi mekanisme abrasive wear sedangkan seiring peningkatan tegangan kontak mekanisme keausan didominasi oleh burnishing wear mechanism serta adanya mekanisme surface deformation wear.

Kata kunci: Faktor keausan, tegangan kontak, die drawn UHMWPE, cobalt chrome alloy, implantasi ion nitrogen.

(Available online: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/mes/article/shop/17955/17874)

Teknologi Pembuatan Material Shot Blast untuk Mendukung Industri Pengecoran Logam Nasional

Fajar Nurjaman
UPT LIPI. Balai Pengolahan Mineral Lampung
Email: nurjaman_80@yahoo.com

ABSTRAK
Material shot blast merupakan material pendukung pengecoran logam yang digunakan pada proses surface finishing benda cor logam. Saat ini belum ada satupun industri nasional yang memproduksi material shot blast, karena itu tujuan penelitian ini untuk mengurangi ketergantungan penggunaan material shot blast impor dengan membuat material shot blast yang nilai kekerasannya melebihi material shot blast impor. Penelitian ini menggunakan bahan baku scrap besi dengan komposisi: C (3,2%), Si (1,18%), Mn (6,1%), Cu (0,35%) Fe (88,7%). Scrap dilebur dalam tungku induksi hingga mencair (hot metal), lalu hot metal (1200oC) di tuang ke dalam runner yang terhubung dengan pan crucible yang terdiri dari 107 buah lubang berukuran Ø10 mm. Hot metal yang keluar dari lubang tersebut diinjeksi oleh air bertekanan 1,1 atm dengan kecepatan 0,8 m/s, hingga diperoleh butiran material shot blast, lalu butiran itu masuk ke dalam bak air bertemperatur 40oC. Dari kajian termodinamika, untuk menghindari terjadinya resiko ledakan yang timbul akibat diferensiasi temperatur yang tinggi saat proses injeksi, maka besarnya nilai perbandingan massa air dan hot metal sebesar 1:4,6. Dari penelitian ini diperoleh material shot blast berukuran Ø0,8-3.2 mm dengan struktur metalografi yang didominasi oleh struktur martensit dengan sebaran sementit dan sedikit austenit. Nilai kekerasan material ini adalah 54,8 HRC, dimana nilai ini melebihi nilai kekerasan material shot blast impor (45-50 HRC).

Kata kunci: Shot blast, induction furnace, nozzle, hot metal, pengecoran logam.

(available online: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/mes/article/shop/17952/17871)


Proses Penuaan (Aging) pada Paduan Aluminium AA 333 Hasil Proses Sand Casting

Anne Zulfia1, Ratna Juwita1, Ari Uliana1, I Nyoman Jujur2 dan Jarot Raharjo2
1Departemen Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Jakarta
2Pusat Pengembangan Penelitian Teknologi Material (P3TM) BPPT, Jakarta
E-mail: anne@metal.ui.ac.id

ABSTRAK
Penggunaan paduan aluminium AA 333 sebagai komponen otomotif semakin berkembang bersamaan dengan semakin berkembangnya keinginan untuk mengurangi berat dari komponen yang digunakan. Namun paduan aluminium AA 333 as-cast masih memiliki sifat mekanis yang rendah sehingga diperlukan proses lain untuk meningkatkan kekerasannya, salah satunya melalui proses perlakuan panas. Proses perlakuan panas yang dipilih dalam penelitian ini adalah proses perlakuan panas T6 (artificial aging), yang meliputi tahapan: solution treatment pada temperatur 525 oC selama 8 jam, quenching dan proses aging. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variasi waktu aging (temperatur 180oC), yaitu 25 menit, 1 jam, 5 jam, 8 jam dan 16 jam dan variasi temperatur aging (waktu aging 5 jam), yaitu 110 oC, 150 oC, 180 oC, 200 oC, 250 oC. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengaruh dari variasi tersebut terhadap perubahan struktur mikro dan nilai kekerasan paduan aluminium AA 333. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aging temperatur 180oC menyebabkan peningkatan kekerasan dari tiap fase: matrik α-Al, silikon primer, eutektik Al-Al2Cu dan Al15(Fe,Mn)3Si2 dan menyebabkan peningkatan kekerasan paduan aluminium AA 333, dari kondisi as-cast, asquench, dan waktu aging 25 menit, 1 jam, 5 jam, 8 jam dan 16 jam. Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa proses aging selama 5 jam juga menyebabkan peningkatan kekerasan dari tiap fase. Waktu aging (pada temperatur 180 oC) selama 8 jam dan temperatur aging (selama 5 jam) pada 180oC merupakan waktu yang paling optimum untuk memperoleh kombinasi yang terbaik dari distribusi fase, yang tersebar merata dalam matrik kaya Al, dan ukuran dari masing-masing fase sehingga menghasilkan nilai kekerasan yang tertinggi.

Kata kunci: Aluminium AA333, penuaan buatan (T6), kekerasan, struktur mikro.

(Available online:http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/mes/article/shop/18038/17945)


Kinerja Mesin Diesel Memakai Bahan Bakar Biodiesel Biji Karet dan Analisa Emisi Gas Buang

I Wayan Susila
Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya, Surabaya
E-mail: wayansusila@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian pengembangan proses produksi biodiesel (B-100) dari minyak biji karet atau rubber seed oil (RSO) yang diproduksi secara non-katalis superheated metanol di dalam sebuah bubble column reactor (BCR) tekanan atmosfir telah dilaporkan. Spesifikasi B-100 tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar dalam penelitian ini yaitu: densitas 882 g/ml; viskositas kinematik 5,19 cSt; calculated cetane index (CCI) 47,5; titik tuang –6oC; flash point 200 oC; residu karbon mikro dalam sampel asli 0,126% massa dan dalam 10% ampas distilasi 2,87% massa; sedimen 0,01% volume; temperatur distilasi 347oC; kandungan sulfur 0,72 ppm; angka asam 0,01 mgKOH/g; serta nilai kalor rendah 9184,43 kkal/kg. Biodiesel dicampur dengan solar (B-0) pada tingkat perbandingan tertentu sehingga diperoleh B-5, B-10, B-15, dan B-20 (B-5 adalah campuran antara biodiesel 5% serta solar 95%, dst) dipergunakan sebagai bahan bakar pada mesin diesel stasioner. Kinerja mesin diesel dan emisi gas buang dibandingkan dengan mesin yang memakai solar (B-0). Mesin dioperasikan pada putaran konstan 1350, 1750, 2150, 2550, dan 2950 rpm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan bakar B-10 menghasilkan kinerja mesin terbaik pada putaran 2550 rpm. Pada putaran ini diperoleh daya maksimum sebesar 36,95 PS, konsumsi bahan bakar spesifik terendah sebesar 0,256 kg/(PS.jam), efisiensi termal 58,44%, kandungan CO terkecil sebesar 0,4%, dan opasitas gas buang 58,6% HSU memenuhi Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2006, dan tidak perlu memodifikasi mesin. Jika dibandingkan dengan solar murni (B-0), B-10 lebih baik dari pada B-0 karena pada kondisi optimum menghasilkan kenaikan daya sebesar 1,8%, konsumsi bahan bakar spesifik sama 0,256 kg/(PS.jam), efesiensi termal naik 2,4%, kadar CO gas buang turun 80%, serta CO2 turun 55%.

Kata kunci: Biodiesel, RSO, non-katalis, mesin diesel.
 
(available online: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/mes/article/shop/18042/17949)

KARAKTERISASI SIFAT KUAT TEKAN DAN KEKERASAN MATERIAL KOMPOSIT KARBON KARBON BERBASIS LIMBAH ORGANIK

Agus Edy Pramono1&2; Anne Zulfia2; Johny Wahyuadi2
1Staf Pengajar Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta
2Dept. Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

Abstrak
Penelitian ini adalah rekayasa dan karakterisasi material komposit karbon karbon berbasis limbah organik dengan  meman-faatan karbon limbah organik tempurung kelapa, limbah batubara sebagai partikel penguat dengan matrik coal tar pitch.
Penelitian eksperimen ini menggunakan 2 jenis partikel pe-nguat komposit: serbuk karbon tempurung kelapa, serbuk batubara, sebagai matrik perekat digunakan coal tar pitch. Penelitian dimulai dengan mengkarbonisasi limbah tempu-rung kelapa dan serbuk limbah batubara, melalui tungku vakum. Proses karbonisasi limbah organik batok kelapa menghasilkan karbon 99,27%C, Batu bara 72,31%C, coal tar pitch sebagai matrik perekat mengandung karbon 84%.
Hasil karbonisasi digiling mesin ballmilling sampai menca-pai mesh < 325, diayak siever mesh 325.  Selanjutnya partikel kar-bon dari tiap jenis bahan dicampur coal tar pitch dengan ratio 70 : 30% bobot, dalam pencampuran panas >80OC. Campuran dipadat-kan dingin dengan tekanan 640 bar  dalam cetakan, menghasilkan preform dengan ukuran + 40 x 10 [mm], bobot 25 [gram]. Preform selanjutnya di curing dalam tungku vakum kontinyu dengan tempe-ratur bervariasi dari 200 s/d 500OC, ditahan pada temperatur tersebut selama 15 menit.
Observasi penelitian ini telah menguji sifat mekanik kuat tekan dan kekerasan komposit karbon karbon. Komposit dengan ba-han partikel bahan BB 11,68 [N/mm2] pada suhu 400OC, bahan ABK 8,41 [N/mm2] pada suhu 400OC. ABK pada suhu curing 400OC, menghasilkan maksimum BHN 811,49 pada suhu 400OC, dengan bahan BB menghasilkan maksimum BHN 575,82 pada suhu 400OC. Komposit dengan bahan ABK menghasilkan porositas terendah 4,53 % pada suhu 200OC, bahan BB terendah 5,31% pada suhu 400OC.  Komposit dengan bahan ABK menghasilkan densitas maksimum 1,45 [gram/cm3] pada suhu 400OC,bahan BB maksimum 1,25 [gram/cm3], pada suhu 500OC. Porositas tertinggi yaitu 35,74% dihasilkan oleh komposit dengan bahan penguat ABK pada suhu curing 400OC.
Catatan: ABK = arang batok kelapa; BB = batubara; ABB = arang batubara dipanaskan ulang 1000OC; BHN = brinell hardness number.

Kata kunci: limbah organik, partikel karbon, komposit karbon karbon.